Rabu, 26 Maret 2014
Rabu, 19 Maret 2014
Suami-Suami Takut Istri
Mama saya adalah idola saya. Dia yang mengajarkan saya banyak hal untuk menyikapi hidup terutama pada masa-masa krusial pencarian jati diri. Tapi seiring berjalannya waktu tidak semua hal saya setujui dari idola saya satu ini (karena Papa saya juga berperan penting dalam pengaruh cara pandang saya, kemudian orang-orang lain).
Salah satu hal yang saya tidak setujui dari mama adalah pemahamannya mengenai peran perempuan dalam keluarga. Mama saya dibesarkan dengan adat batak yang kental. Ia menganut pemahaman bahwa perempuan tidak berhak punya suara dalam acara adat. Hal ini pula yang memengaruhi peran wanita dalam keluarga. Hal ini terlihat dari dominasi papa dalam keluarga, seringkali mama cenderung diam dalam berbagai keputusan yang diambil dalam keluarga. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah, karena Alkitab pun mengajarkan agar istri-istri tunduk pada suami. Tapi haruskah dengan diam menunjukan ketundukkannya pada suami?
Pernah suatu kali kerabat saya yang sudah menikah membawa istrinya ke acara keluarga. Saya tidak menemukan hal ganjil dari hubungan itu. Hanya layaknya suami-istri yang tengah berdiskusi tentang keputusan yang harus mereka ambil. Sudah. Tapi ternyata ada hal aneh yang ditangkap mama. Ketika kami sampai rumah mama bilang, "Mau bikin keputusan ini aja X mesti tanya istrinya. Suami-suami takut istri.".
Apakah tabu seorang suami membuat keputusan dengan bertanya pada istrinya terlebih dahulu? Apakah istri tidak boleh menyuarakan pendapatnya yang kemudian dipertimbangkan oleh sang suami? Apakah lantas suami yang menghargai pendapat istrunya dicap sebagai "dibawah ketiak istri"? Buat saya selama masih saling menghormati dan tidak ada niat bagi sang istri untuk menguasai suaminya, hal tersebut tidak dikategorikan sebagai suami-suami takut istri.
Salah satu hal yang saya tidak setujui dari mama adalah pemahamannya mengenai peran perempuan dalam keluarga. Mama saya dibesarkan dengan adat batak yang kental. Ia menganut pemahaman bahwa perempuan tidak berhak punya suara dalam acara adat. Hal ini pula yang memengaruhi peran wanita dalam keluarga. Hal ini terlihat dari dominasi papa dalam keluarga, seringkali mama cenderung diam dalam berbagai keputusan yang diambil dalam keluarga. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah, karena Alkitab pun mengajarkan agar istri-istri tunduk pada suami. Tapi haruskah dengan diam menunjukan ketundukkannya pada suami?
Pernah suatu kali kerabat saya yang sudah menikah membawa istrinya ke acara keluarga. Saya tidak menemukan hal ganjil dari hubungan itu. Hanya layaknya suami-istri yang tengah berdiskusi tentang keputusan yang harus mereka ambil. Sudah. Tapi ternyata ada hal aneh yang ditangkap mama. Ketika kami sampai rumah mama bilang, "Mau bikin keputusan ini aja X mesti tanya istrinya. Suami-suami takut istri.".
Apakah tabu seorang suami membuat keputusan dengan bertanya pada istrinya terlebih dahulu? Apakah istri tidak boleh menyuarakan pendapatnya yang kemudian dipertimbangkan oleh sang suami? Apakah lantas suami yang menghargai pendapat istrunya dicap sebagai "dibawah ketiak istri"? Buat saya selama masih saling menghormati dan tidak ada niat bagi sang istri untuk menguasai suaminya, hal tersebut tidak dikategorikan sebagai suami-suami takut istri.
Selasa, 18 Maret 2014
Twenty-Two
Few weeks ago was my birthday. Thank God for all He has done for me. I also feel blessed to be given family, boyfriend, relatives, friends who fulfill my days with laugh, happiness and lessons. Thanks for all the wishes and birthday surprise. Love y'all to the moon and back :)
On the similar week one of my relatives and one of my friends were birthday. We got birthday surprise from our beloved friends. Happy birthday two of you!
I wish this new age brings out hope, joy, happiness, luck and success into my life.

On the similar week one of my relatives and one of my friends were birthday. We got birthday surprise from our beloved friends. Happy birthday two of you!
I wish this new age brings out hope, joy, happiness, luck and success into my life.
![]() |
Thank you Athalia and Renatha for this beautiful baby pink clutch |

Kamis, 13 Maret 2014
Hello!
Hai, saya Yohanti.
Ini bukan blog pertama saya. Saya malah sudah punya dua blog sebelumnya. Dan saya tidak ingin memakainya, sekaligus tidak ingin menghapusnya. Ini alasan pertama saya kenapa saya tidak mau memakainya: kedua blog saya dibuat di tahun 2008 ketika saya masih SMA. Di tahun tersebut saya menjajaki masa2 dimana seseorang bertumbuh menurut teori Raditya Dika: bayi - anak-anak - remaja - alay - dewasa. Ya, saat itu saya berada di tahap keempat. Saya membaca lagi kiriman-kiriman saya di blog-blog tersebut. Alay. Mulai dari cara penulisan dan isi. Cara penulisan seperti anak alay umumnya yaitu berbelit-belit yang membutakan mata. Isi kiriman pun tak kalah hebohnya. Menceritakan kebodohan sehari-hari dan juga curahan hati khas anak muda, "hari ini gwe nyikat gigi pakai sabun muka.. OMG" atau "Saya sakit hati sama kamu .. plisss bgt".
Alasan kedua ialah saya lupa password sekaligus alamat blog-blog tersebut. Jadi, yasudah. Lupakan.
Di sisi lain saya tidak ingin menghapus blog-blog tersebut yang berisi catatan sehari-hari saya pada masa itu. Ketika dibaca kembali saya jadi mengenang pengalaman lucu, bodoh dan menyenangkan yang saya alami. Bagaimana saya sebegitu sakit hatinya dikatai kata-kata kasar oleh teman saya, bagaimana saya senang mendapat nilai ulangan kimia yang bagus dan cerita-cerita lainnya. Dan yang paling penting, saya lupa password dan alamat email kedua blog tersebut sehingga saya tidak dapat menghapusnya. Ataupun memperbaruinya.
Ambarita, Y. 2014. Bandung.
Langganan:
Postingan (Atom)