Mama saya adalah idola saya. Dia yang mengajarkan saya banyak hal untuk menyikapi hidup terutama pada masa-masa krusial pencarian jati diri. Tapi seiring berjalannya waktu tidak semua hal saya setujui dari idola saya satu ini (karena Papa saya juga berperan penting dalam pengaruh cara pandang saya, kemudian orang-orang lain).
Salah satu hal yang saya tidak setujui dari mama adalah pemahamannya mengenai peran perempuan dalam keluarga. Mama saya dibesarkan dengan adat batak yang kental. Ia menganut pemahaman bahwa perempuan tidak berhak punya suara dalam acara adat. Hal ini pula yang memengaruhi peran wanita dalam keluarga. Hal ini terlihat dari dominasi papa dalam keluarga, seringkali mama cenderung diam dalam berbagai keputusan yang diambil dalam keluarga. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah, karena Alkitab pun mengajarkan agar istri-istri tunduk pada suami. Tapi haruskah dengan diam menunjukan ketundukkannya pada suami?
Pernah suatu kali kerabat saya yang sudah menikah membawa istrinya ke acara keluarga. Saya tidak menemukan hal ganjil dari hubungan itu. Hanya layaknya suami-istri yang tengah berdiskusi tentang keputusan yang harus mereka ambil. Sudah. Tapi ternyata ada hal aneh yang ditangkap mama. Ketika kami sampai rumah mama bilang, "Mau bikin keputusan ini aja X mesti tanya istrinya. Suami-suami takut istri.".
Apakah tabu seorang suami membuat keputusan dengan bertanya pada istrinya terlebih dahulu? Apakah istri tidak boleh menyuarakan pendapatnya yang kemudian dipertimbangkan oleh sang suami? Apakah lantas suami yang menghargai pendapat istrunya dicap sebagai "dibawah ketiak istri"? Buat saya selama masih saling menghormati dan tidak ada niat bagi sang istri untuk menguasai suaminya, hal tersebut tidak dikategorikan sebagai suami-suami takut istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar