Sebagai pemilih baru dalam Pemilihan Umum 2014, saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian di dalamnya. pada pemilu 2009 saya seharunya bisa ikut pertama kali karna usia saya sudah mencapai umur 17 tahun saat itu. Tapi saya ogah ngurusin KTP trus daftar ke RT setempat. Tapi saya merasakan hal yang berbeda di tahun ini. Sebelum diumumkan KPU bahwa hanya ada dua pasangan calon pun, saya sudah punya jagoan sendiri. Apalagi di jaman serba teknologi ini, mudah sekali mendapat berita-berita tentang sepak terjang calon-calon tersebut. Saya turut serta dalam gegap-gempita pendukung capres pilihan saya. Menyenangkan bila banyak artis-artis idola saya sevisi sama saya.
Tapi saya juga tidak mau kalap mata yang mengagung-agungkan capres-cawapres jagoan saya. Saya juga mencari berita-berita terpercaya (bukan black campaign murahan) mengenai saingan capres pilihan saya. Saya mau tau juga dong sosok figur seperti apa yang membuat orang-orang mendukung pihak sebelah.
Banyak hal dapat saya pelajari di proses pemilihan ini, baik sebelum bahkan sesudah hari pencoblosan. Saya belajar bagaimana menghormati pendapat orang yang berbeda pendapat dengan tidak langsung berkomentar pedas bahkan memfitnah orang tersebut. Saya belajar menahan diri demi mendapat pikiran jernih sebelum berkomentar. Seringkali saya juga pengen menghujat-hujat orang yang memfitnah pilihan saya, tapi saya memilih tidak menjelek-jelekan orang tersebut. Biarlah orang tersebut termakan dengan kebodohannya dengan mempercayai black campaign. Saya juga belajar menguji segala sesuatu, terutama melihat hasil quick count yang berbeda-beda. Saya belajar mencari informasi lembaga-lembaga survey tersebut. Mencari track recordnya dan tingkat validasinya. Saya juga belajar untuk terus mengawasi dan tidak tutup mata bila terjadi kecurangan-kecurangan hingga hari pengumuman KPU.
Terimakasih sudah menghadirkan pemilu yang luar biasa.. Jujur politik itu menyenangkan. Melalui pemilu ini saya belajar untuk tidak percaya begitu saja sama berita-berita yang disuguhkan. Saya juga belajar tidak tutup mata atas kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Saya juga belajar untuk tetap berdamai dengan orang yang punya pilihan berbeda. Saya juga belajar bahwa untuk mencapai mimpi kita diperlukan pengorbanan.
Saya bangga berbangsa Indonesia. Bertanah air Indonesia Raya!
Tampilkan postingan dengan label Thoughts. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thoughts. Tampilkan semua postingan
Rabu, 09 Juli 2014
Senin, 19 Mei 2014
Setiap Orang Boleh Punya Mimpi
I imagine kalau saya menikah nanti saya tidak akan seperti keluarga (yang ngakunya) modern yang menghabiskan akhir pekan pergi ke mall atau tempat wisata lainnya yang ditawarkan para pedagang-pedagang itu. Saya akan menghabiskan most of our family's weekends di halaman belakang rumah kami yang ditumbuhi sebuah pohon rindang. Kami akan melakukan banyak hal di sana; menyiram tanaman bumbu-bumbu dapur, bunga-bunga dan tanaman menjalar di pagi dan sore hari lalu memberi makan ikan-ikan di kolam. Membuat tanaman aquaponic mungkin bisa menjadi hal yang menyenangkan. Memanfaatkan kotoran ikan menjadi pupuk tanaman, sebaliknya tanaman secara mutualisme memfilter air kolam. Saya akan mengajarkan anak kami menyiram tanaman dan memetik buah-buahan. Dan pada malam harinya keluarga kecilku akan ngaliwet di lahan kosong sambil memanggang sosis dan marshmallow.
Di minggu-minggu selanjutnya mungkin kami tidak sedang mood menghabiskan waktu di luar. Kami akan menghabiskan waktu di dalam rumah mungil kami. Sedang sang suami bermain dengan alat musiknya, saya akan menggambar atau mewarnai, dan anak kami sesekali bermain musik dengan bapaknya dan sesekali mengikutiku mewarnai. Dan kejutan yang menyenangkan adalah ketika kami, orang tuanya, sedang lengah untuk mengawasi si kecil, tanpa sadar cat tembok rumah kami telah berganti warna dengan warna-warna cerah krayon.
Memasak mungkin bisa menjadi hal yang menyenangkan. Dengan alat-alat masak yang kukumpulkan sejak masa kuliah dulu, dapur kami akan penuh canda tawa mengiringi penghuninya yang mempersiapkan hidangan pengisi perut.
Oh ya, kupikir kegiatan ini juga menyenangkan. Mertuaku dan orang tuaku berkumpul di rumah kami. Kami akan nonton televisi di ruang tengah sambil tidur-tiduran di karpet. Kami akan membicarakan hal-hal yang menyenangkan sampai kami lupa bahwa hari telah larut.
Dan sejuta kegiatan lainnya.
Menurutku menyenangkan.
Di minggu-minggu selanjutnya mungkin kami tidak sedang mood menghabiskan waktu di luar. Kami akan menghabiskan waktu di dalam rumah mungil kami. Sedang sang suami bermain dengan alat musiknya, saya akan menggambar atau mewarnai, dan anak kami sesekali bermain musik dengan bapaknya dan sesekali mengikutiku mewarnai. Dan kejutan yang menyenangkan adalah ketika kami, orang tuanya, sedang lengah untuk mengawasi si kecil, tanpa sadar cat tembok rumah kami telah berganti warna dengan warna-warna cerah krayon.
Memasak mungkin bisa menjadi hal yang menyenangkan. Dengan alat-alat masak yang kukumpulkan sejak masa kuliah dulu, dapur kami akan penuh canda tawa mengiringi penghuninya yang mempersiapkan hidangan pengisi perut.
Oh ya, kupikir kegiatan ini juga menyenangkan. Mertuaku dan orang tuaku berkumpul di rumah kami. Kami akan nonton televisi di ruang tengah sambil tidur-tiduran di karpet. Kami akan membicarakan hal-hal yang menyenangkan sampai kami lupa bahwa hari telah larut.
Dan sejuta kegiatan lainnya.
Menurutku menyenangkan.
Rabu, 26 Maret 2014
Rabu, 19 Maret 2014
Suami-Suami Takut Istri
Mama saya adalah idola saya. Dia yang mengajarkan saya banyak hal untuk menyikapi hidup terutama pada masa-masa krusial pencarian jati diri. Tapi seiring berjalannya waktu tidak semua hal saya setujui dari idola saya satu ini (karena Papa saya juga berperan penting dalam pengaruh cara pandang saya, kemudian orang-orang lain).
Salah satu hal yang saya tidak setujui dari mama adalah pemahamannya mengenai peran perempuan dalam keluarga. Mama saya dibesarkan dengan adat batak yang kental. Ia menganut pemahaman bahwa perempuan tidak berhak punya suara dalam acara adat. Hal ini pula yang memengaruhi peran wanita dalam keluarga. Hal ini terlihat dari dominasi papa dalam keluarga, seringkali mama cenderung diam dalam berbagai keputusan yang diambil dalam keluarga. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah, karena Alkitab pun mengajarkan agar istri-istri tunduk pada suami. Tapi haruskah dengan diam menunjukan ketundukkannya pada suami?
Pernah suatu kali kerabat saya yang sudah menikah membawa istrinya ke acara keluarga. Saya tidak menemukan hal ganjil dari hubungan itu. Hanya layaknya suami-istri yang tengah berdiskusi tentang keputusan yang harus mereka ambil. Sudah. Tapi ternyata ada hal aneh yang ditangkap mama. Ketika kami sampai rumah mama bilang, "Mau bikin keputusan ini aja X mesti tanya istrinya. Suami-suami takut istri.".
Apakah tabu seorang suami membuat keputusan dengan bertanya pada istrinya terlebih dahulu? Apakah istri tidak boleh menyuarakan pendapatnya yang kemudian dipertimbangkan oleh sang suami? Apakah lantas suami yang menghargai pendapat istrunya dicap sebagai "dibawah ketiak istri"? Buat saya selama masih saling menghormati dan tidak ada niat bagi sang istri untuk menguasai suaminya, hal tersebut tidak dikategorikan sebagai suami-suami takut istri.
Salah satu hal yang saya tidak setujui dari mama adalah pemahamannya mengenai peran perempuan dalam keluarga. Mama saya dibesarkan dengan adat batak yang kental. Ia menganut pemahaman bahwa perempuan tidak berhak punya suara dalam acara adat. Hal ini pula yang memengaruhi peran wanita dalam keluarga. Hal ini terlihat dari dominasi papa dalam keluarga, seringkali mama cenderung diam dalam berbagai keputusan yang diambil dalam keluarga. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah, karena Alkitab pun mengajarkan agar istri-istri tunduk pada suami. Tapi haruskah dengan diam menunjukan ketundukkannya pada suami?
Pernah suatu kali kerabat saya yang sudah menikah membawa istrinya ke acara keluarga. Saya tidak menemukan hal ganjil dari hubungan itu. Hanya layaknya suami-istri yang tengah berdiskusi tentang keputusan yang harus mereka ambil. Sudah. Tapi ternyata ada hal aneh yang ditangkap mama. Ketika kami sampai rumah mama bilang, "Mau bikin keputusan ini aja X mesti tanya istrinya. Suami-suami takut istri.".
Apakah tabu seorang suami membuat keputusan dengan bertanya pada istrinya terlebih dahulu? Apakah istri tidak boleh menyuarakan pendapatnya yang kemudian dipertimbangkan oleh sang suami? Apakah lantas suami yang menghargai pendapat istrunya dicap sebagai "dibawah ketiak istri"? Buat saya selama masih saling menghormati dan tidak ada niat bagi sang istri untuk menguasai suaminya, hal tersebut tidak dikategorikan sebagai suami-suami takut istri.
Selasa, 18 Maret 2014
Twenty-Two
Few weeks ago was my birthday. Thank God for all He has done for me. I also feel blessed to be given family, boyfriend, relatives, friends who fulfill my days with laugh, happiness and lessons. Thanks for all the wishes and birthday surprise. Love y'all to the moon and back :)
On the similar week one of my relatives and one of my friends were birthday. We got birthday surprise from our beloved friends. Happy birthday two of you!
I wish this new age brings out hope, joy, happiness, luck and success into my life.

On the similar week one of my relatives and one of my friends were birthday. We got birthday surprise from our beloved friends. Happy birthday two of you!
I wish this new age brings out hope, joy, happiness, luck and success into my life.
![]() |
Thank you Athalia and Renatha for this beautiful baby pink clutch |

Langganan:
Postingan (Atom)